Pergerakan Nasional Indonesia - Sejarah - Kelas XI SMA
Pergerakan Nasional Indonesia
A. Strategi Pergerakan Nasional di Indonesia Pada Masa Awal Pemuda, & Sesudahnya Sampai Proklamasi - Kemerdekaan
Pergerakan Nasional (1908-1942) adalah suatu fase dalam sejarah Indonesia dimana rakyat Indonesia melakukan perlawanan terhadap kolonialisme tidak lagi dengan senjata, tetapi dengan organisasi modern.
Perubahan strategi perlawanan tersebut dilatarbelakangi oleh faktor internal dan faktor eksternal, diantaranya:
1. Faktor Internal, yaitu diterapkannya kebijakan politik liberal dan politik etis oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Salah satu program politik etis yakni pendidikan (educatie) telah melahirkan kalangan terpelajar yang bersikap non-kooperatif terhadap praktek kolonialisme.
Selain itu juga, kesengsaraan ekonomi yang diakibatkan oleh ekonomi perkebunan swasta serta perlakuan diskriminatif yang diterapkan pemerintah kolonial.
2. Faktor Eksternal, yaitu adanya pengaruh paham-pahambesar yang berkembang seperti Liberalisme, Nasionalisme, Sosialisme, dan Islamisme.
Kemenangan Jepang atas Rusia (Russo-Japanese War, 1905) juga menginspirasi kalangan pergerakan. Kemenangan bangsa Asia terhadap bangsa Eropa ini memunculkan semangat zelotisme.
Nasionalisme Indonesia ditandai dengan pendirian Boedi Oetomo yang diprakarsai sejumlah mahasiswa kedokteran STOVIA. Setelah Boedi Oetomo lahir maka organisasi-organisasi lainnya tumbuh berkembang dan membuka babak baru perjuangan bangsa Indonesia melalui metode organisasi modern.
Pergerakan Nasional di Indonesia terbagi dalam 3 fase penting, yaitu:
- a. 1908 - 1920 (Masa Pertumbuhan)
- b. 1920 - 1930 (Masa Radikal)
- c. 1930 - 1942 (Masa Moderat)
Berikut ini adalah profil organisasi kebangsaan yang berkembang pada masa pergerakan nasional:
1. Boedi Oetomo (1908)
- * dr. Utomo dan dr. Wahidin Sudirohusodo yang merupakan mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen)
- * BO bersifat nonpolitik dan terbatas keanggotaannya bagi suku Jawa dan Madura. BO bersikap kooperatif karena didminasi kalangan priyayi. Pada tahun 1930-an BO bergabung dengan PARINDRA
2. Serikat Islam (1912)
- * SI didirikan oleh H. Samanhudi. Tokoh-tokoh SI yang lainnya : HOS. Tjokroaminoto, Agus Salim, Semaun, dan lainnya.
- * SI berawal dari Sarekat Dagang Islam (SDI). Pendirian SI dihambat oleh Belanda dengan hanya mengizinkan SI berdiri ditingkat lokal, sehingga cabang-cabang SI berjalan menurut orientasi politik masing-masing. SI cabang Semarang tergolong SI “Merah”, sementara SI “Putih” dipimpin oleh SI cabang Yogyakarta. Perkembangan SI sangat mengkhawatirkan Belanda karena jumlah keanggotaannya yang sangat banyak. SI merupakan salah satu organisasi kebangsaan terbesar pada awal pergerakan nasional.
3. Indische Partij (1912)
- * Indische Partij didirikan oleh Tiga Serangkai, yaitu: Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantoro
- * IP bertujuan memperjuangkan kesetaraan antara penduduk Hindia-Belanda yang multirasional. IP adalah partai politik pertama dan bersifat kooperatif. Tahun 1932, IP dibekukan karena sikap kritis Ki Hajar Dewantoro yang memprotes kebijakan peringatan kemerdekaan Belanda dari Perancis melalui artikel Als Ik Een Nederlander Was.
4. Perhimpunan Indonesia (1927)
- * Tokoh-tokoh PI adalah paramahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Belanda, seperti : Nazir Pamuncak; M. Hatta; Sukiman; Iwa Kusuma Sumantri; dll
- * PI merupakan organisasi kebangsaan yang pertama kali bertujuan memperjuangkan Indonesia Merdeka. PI aktif menggalang dukungan internasional bagi kemerdekaan Indonesia, antara lain dengan mengikuti Kongres Anti Imperialisme di Brussel, Belgia.
5. Partai Nasional Indonesia (1927)
- * PNI didirikan oleh Ir. Soekarno. Ketika PNI dibubarkan oleh Sartono, anggota PNI lainnya seperti Hatta dan Sjahrir membentuk PNI Pendidikan. Sartono kemudian membentuk Partindo, dimana Soekarno ikut bergabung setelah bebas dari penjara tahun 1931.
- * PNI berasaskan persatuan nasional, self-help, dan non-kooperatif. Soekarno yang memimpin PNI mengadakan rapat umum (ovenbare vergadering) yang dihadiri ribuan massa. Belanda yang khawatir dengan perkembangan PNI segera menangkap Soekarno di tahun 1929. Tindakan represif Belanda ini memaksa Sartono membekukan PNI.
6. Partai Komunis Indonesia (1920)
- * Setelah keluar dari SI, para tokoh SI “Merah” seperti Semaun dan Darsono mendirikan Sarekat Rakyat yang kemudian menjadi PKI. PKI juga beranggotakan kalangan santri seperti H. Misbach dan Tan Malaka.
- * PKI tumbuh dari SI “Merah” dan ISDV yang berhaluan sosialisme. Anggota PKI berasal dari kaum buruh kereta api (VSTP) dan petani. Pada tahun 1926-1927, PKI melakukan perlawanan fisik terhadap Belanda di Banten dan Sumatera Barat. Belanda menumpas perlawanan PKI dan membuang ribuan aktivis PKI dan pergerakan kebangsaan lainnya ke Digul, Papua.
7. Muhammadiyah (1912)
- * Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tahun 1912.
- * Muhammadiyah bertujuan memurnikan ajaran agama Islamdari pengaruh takhayul dan mistik. Muhammadiyah dipengaruhi ajaran Wahabi di Arab. Muhammadiyah bersifat organisasi nonpolitik, sehingga mendapatkan bantuan dari Belanda untuk mendirikan klinik dan sekolah model barat.
8. Nahdatul Ulama (1926)
- * NU didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari di Surabaya pada tahun 1926.
- * NU merupakan asosiasi para ulama tradisional yang berpaham ahlus sunnah wal jama’ah yang bertujuan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat. NU bergerak dibidang pendidikan dengan mendirikan pesantren tradisional yang menolak kurikulum model barat. Karena sikap non-kooperatifnya dengan Belanda. NU mendapatkan banyak pengikut dikalangan rakyat pedesaan dan menjadi organisasi muslim terbesar di Indonesia hingga kini.
9. Taman Siswa (1922)
- * Taman Siswa adalah sebuah perguruan yang didirikan Ki Hajar Dewantoro di Yogyakarta.
- * Taman Siswaadalah pelopor sekolah pribumi yang menanamkan paham kebangsaan dan menolak kurikulum model Belanda dalam pengajarannya. Belanda mencoba menghambat perkembangan Taman Siswa dengan mengeluarkan Wilde Scholen Ordonantje dan Onderwijs Ordonantie.
10. Partai Indonesia Raya (1922)
- * Tokoh Parindra antara lain: dr. Sutomo dan M. Husni Thamrin.
- * Parinda merupakan organisasi gabungan BO, Partai Bangsa Indonesia, kaum Betawi, dan kaum Minahasa. Parindra berhaluan kooperatif dengan bergabung dalam Volksraad. M.H. Thamrin, kemudian memprakarsai pendirian GAPI (Gabungan Politik Indonesia) tahun 1939 yang memperjuangkan pembentukan parlemen.
Peristiwa-peristiwa Penting
Berikut ini peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa pergerakan nasional:
1. Peristiwa de Zeven Provinciën (1932)
Peristiwa pemberontakan awak kapal de Zeven Provinciën dari kalangan pribumi akibat ketidakpuasan disriminasi sosial dan pemotongan gaji. Kapal de Zeven Provinciën yang dibajak awak kapal pribumi tersebut akhirnya dihancurkan oleh pesawat tempur Belanda.
2. November Belofte (1918)
November Belofte yang berarti Janji November adalah janji kemerdekaan yang diungkapkan oleh Belanda karena Belanda terdesak dalam Perang Dunia I
3. Peristiwa Cimareme / “SI - Afdeling B” (1919)
Peristiwa perlawanan oleh Haji Hasan untuk menolak membayar pajak kepada Belanda. Pemerintah Belanda kemudian menganggap Haji Hasan, yang merupakan anggota SI - Afdeling B, memberontak terhadap Belanda.
4. Kongres Pemuda II (1928)
Pada Kongres Pemuda II ini, para pemuda Indonesia menyatakan kebulatan tekadnya dalam “Sumpah Pemuda” untuk “berbangsa satu, bertanah air satu, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”
5. Perlawanan PKI (1926-1927)
PKI merupakan satu-satunya organisasi kebangsaan yang melakukan perlawanan fisik terhadap Belanda ditahun 1926-1927. Akibat perlawanan PKI, Belanda melakukan tindakan represif terhadap eksponen pergerakan nasional dan membuang ribuan aktivis kebangsaan ke Digul, Papua.
Tan Malaka (gbr samping), yang merupakan agen Comintern (Komunisme Internasional) khusus Asia Tenggara, sejak awal melarang PKI (Pimpinan Semaun dan Musso) untuk tidak memberontak. Namun usulan Tan Malaka tidak digubris, sehingga akhirnya PKI terpecah-pecah akibat hilangnya kepemimpinan nasional.
6. Petisi Soetardjo (1935)
Petisi Soetardjo yang diusulkan dalam forum Volksraad bermaksud menuntut perubahan status Hindia-Belanda dalam ketatanegaraan Belanda dari status koloni menjadi status dominion dalam 10 tahun.
7. Manifesto GAPI (1939)
GAPI yang diprakarsai oleh M.H. Thamrin menyatakan manifesto politik yang menyerukan rakyat untuk melawan fasisme dan menuntut parlemen sejati. Tuntutan “Indonesia Berparlemen” GAPI ditindaklanjuti dengan pembentukan Komisi Visman (Commisie Visman) pada 14 September 1940..
B. Tokoh-tokoh Nasional & Daerah Dalam Perjuangan Pergerakan Negara Republik Indonesia
Tokoh-tokoh daerah yang berperan dalam pergerakan melawan pemerintahan kolonial Belanda, diantaranya:
1. Pattimura (1817)
Thomas Matulessy atau Pattimura memimpin perjuangan rakyat Maluku melawan pemerintah kolonial Belanda. Diawal masa-masa pertempurannya, ia berhasil membakar kapal-kapal milik pemerintah Belanda. Dibawah kepemimpinannya para pejuang Maluku berhasil merebut Benteng Duurstede pada Mei 1817 dan menewaskan pimpinannya van den Berg. Medan pertempuran Pattimura meliputi Pulau Seram, Haruku, Larike, dan Asilulu. Pada November 1817, Pattimura berhasil ditangkap dan dihukum gantung di alun-alun Pelabuhan Victoria, Ambon.
2. Pangeran Diponegoro (1825-1830)
Diponegoro merupakan putera tertua Hamengkubuwono III. Diponegoro seorang pangeran yang diyakini sebagai Ratu Adil bagi orang Jawa saat itu. Diponegoro memimpin Perang Jawa pada 1825-1830. Perang tersebut didasari atas ketidaksukaan Diponegoro terhadap pemerintah kolonial Belanda. Diponegoro menerapkan taktik perang gerilya dalam menghadapi Belanda. Pada 1830, Diponegoro ditangkap didaerah Malang setelah sebelumnya dijebak untuk berunding. Diponegoro wafat tahun 1855 dalam pengasingannya di Manado.
3. Imam Bonjol (1803-1838)
Tuanku Imam Bonjol (Muhammad Syahab) merupakan salah satu pemimpin dari kaum Paderi. Pada awalnya Imam Bonjol memimpin perang melawan kaum Adat, yang dinilai telah banyak melakukan maksiat. Perang terhadap kaum adat berakhir pada tahun 1819. Tahun 1821, Imam Bonjol menyatakan perang terhadap pemerintah kolonial Belanda. Tahun 1831, Imam Bonjol merangkul kaum adat untuk bekerja sama untuk melawan pemerintah Belanda. Perlawanan Imam Bonjol berakhir pada 1837. Imam Bonjol wafat pada 1864 dalam pengasingannya di Ambon.
Tokoh-tokoh Pergerakan Nasional
Tokoh-tokoh daerah yang berperan dalam pergerakan nasional menuju kemerdekaan Indonesia, diantaranya:
1. Wahidin Soedirohusodo dan Soetomo
dr. Wahidin S. adalah pelopor dari pembentukan Boedi Oetomo (BO) pada tahun 1908. Ia adalah seorang dokter pribumi tamatan School Tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) di Jakarta. Saat mengunjungi kampusnya pada tahun 1907, ia bertemu dengan para pelajar STOVIA.
Ia melontarkan ide agar mahasiswa membentuk suatu organisasi yang bertujuan untuk memajukan derajat bangsa. Idenya disambut antusias, salah satu orang yang sangat tertarik dengan gagasan tersebut adalah dr. Soetomo.
Wahidin Soedirohusodo, Soetomo, dan bersama rekannya yang lain didirikanlah organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908.
2. Haji Oemar Said (H.O.S) Tjokroaminoto
Tjokroaminoto pada awalnya adalah seorang pedagang batik yang berasal dari Surabaya. Bersama H. Samanhudi pada tanggal 10 September 1012, mereka mendirikan Sarekat Islam, sebuah organisasi pergerakan berdasarkan Islam dan semangat nasionalisme.
Pada kongres pertamanya di Surabaya tahun 1913, H.O.S. Tjokroaminoto diangkat sebagai ketua SI. Tjokroaminoto juga merupakan guru dari beberapa tokoh pergerakan nasional lainnya seperti Soekarno, Musso, Alimin, dan Kartosuwiryo.
3. Semaun
Semaun merupakan tokoh pergerakan dari kalangan buruh. Ia sendiri bukanlah orang yang memiliki pendidikan tinggi. Pada awal karirnya, Semaun merupakan ketua dari organisasi buruh perkeretaapian Hindia-Belanda (USTP). Selain bergabung di USTP, Semaun juga merupakan anggota dari organisasi sosialis demokratis / Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV)
Pada tahun 1916, Semaun masuk ke dalam Sarekat Islam (SI) dan berhasil memecah belah SI dari dalam. Semaun beranggapan bahwa SI terlalu bersikap kooperatif dengan pemerintah Hindia-Belanda. Pada 1919, SI dibawah kepemimpinan Tjokroaminoto dan Abdul Muis mengeluarkan Semaun dari SI.
Pada 1920, Semaun membentuk Perserikatan Komunis Indonesia (PKI), dan berubah menjadi Partai Komunis Hindia (PKH) pada 1923.
4. K.H Ahmad Dahlan
Terlahir dengan nama Muhammad Darwis, Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan anak dari imam Mesjid Agung Yogyakarta. Selain sebagai seorang pemuka agama Islam, K.H. Ahmad Dahlan juga seorang cendikiawan modern. Pada 18 November 1912, ia mendirikan Muhammadiyah. Muhammadiyah bergerak sebagai organisasi Islam non-politik dan kooperatif yang bergerak dibidang pendidikan dan kebudayaan.
C. Dampak Masa Penjajahan Belanda Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia
Dampak penjajahan Belanda dari bidang politik, sosial-budaya, dan ekonomi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia saat ini diantaranya:
1. Politik
Pengaruh penjajahan Belanda dalam bidang politik tampak dalam hal birokrasi sistem pemerintahan. Gubernur Jenderal (Gouverneur-Generaal) pada masa kolonial bertindak seperti lembaga eksekutif sekarang ini. Dalam menjalankan pemerintahannya, Gubernur Jenderal dibantu oleh departemen, yaitu kehakiman, keuangan, dalam negeri, ekonomi, kesejahteraan umum, dan kepercayaan.
Dalam birokrasi teritorial, kabupaten dipimpin oleh bupati dan kecamatan dipimpin oleh camat. Kini sistem birokrasi tersebut masih dipakai dalam sistem negara Indonesia.
2. Sosial-Budaya
Sistem pendidikan barat di Indonesia diberlakukan sejak abad ke-18. Pada akhir abad ke-19, sekolah semakin banyak berdiri. Penggolongan sekolah masih didasarkan pada golongan.
Tingkatan sekolah pada era kolonial Belanda antara lain:
Sekolah Umum
* Europeesche Lagere School (ELS): Sekolah Dasar
* Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO): Sekolah Menengah Pertama
* Algemeene Middelbare School (AMS): Sekolah Menengah Atas
Sekolah Golongan
* Hollandsch-Inlandsche School (HIS): Sekolah Belanda untuk Bumiputera setara SD
* Hollandsch-Chineesche School (HCS): Sekolah Belanda untuk Turunan Tionghoa
* Hogere Burger School (HBS): Sekolah untuk Turunan Belanda, Eropa, dan Elite Pribumi
* Hollandsch Javaansche School (HJS): Sekolah dasar dengan bahasa pengantar Jawa
* Tweede Inlandsche School (TIS): Sekolah rakyat 3 tahun di daerah / Sekolah Baca-Tulis
* Schakel School: Sekolah rakyat lanjutan TIS untuk penyetaraan dengan HIS
* Hollandsche Indische Kweekschool (HIK): Sekolah Keguruan / Sekolah Guru Bantu (SGB)
Sekolah Agama
* Katholieke Kweekschool: Sekolah keguruan untuk Agama Katolik
* Madrasah Muallimin Muhammadiyah (Muallimin) Yogyakarta
3. Ekonomi
Secara ekonomi, penjajahan Belanda membawa dampak dengan:
- * Sistem Sewa Tanah
- * Ekonomi Uang
- * Sistem Kerja Kontrak