Perkembangan Hindu Budha pada Masyarakat Indonesia - Sejarah - Kelas XI SMA
Perkembangan Hindu Budha pada Masyarakat Indonesia
A. Perkembangan dan Budaya Hindu
Agama Hindu adalah sinkretisme antara kebudayaan Arya dan Dravida yang menyembah banyak dewa. Agama Hindu bersifat politeisme, artinya menyembah banyak dewa. Setiap dewa merupakan lambang kekuatan alam.
Beberapa dewa yang terkenal adalah Trimurti (Brahma, dewa pencipta: Wisnu, dewa pemelihara ; Syiwa, dewa perusak), Pertiwi (Dewi bumi), Surya (dewa matahari), Bayu (dewa angin), Baruna (dewa laut), dan Agni (dewa api).
Kitab suci agama Hindu adalah Weda, artinya pengetahuan, yang terdiri atas empat bagian:
- a. Rigweda, berisi syair pujian terhadap para dewa.
- b. Samaweda, berisi syair dan nyanyian suci dalam upacara
- c. Yajurweda, berisi doa-doa pengantar sesaji dalam upacara
- d. Atharweda, berisi mantra untuk menyembuhkan orang sakit dan jampi untuk sihir serta ilmu ghaib mengusir penyakit dan para musuh.
Untuk mencapai nirwana, umat Hindu dapat melakukannya dengan tiga cara:
- a. Manusia wajib menjalankan dharma(memenuhi kewajiban sebagai manusia), artha (menjalankan pekerjaan sebagaimana mestinya), dan karma(tidak berlebihan merasakan kenikmatan duniawi).
- b. Bagi Triwangsa (brahmana, ksatria, waisya) wajib membaca kitab suci Weda.
- c. Melakukan upacara keagamaan yang berupa upacara kurban (yajnabesar dan yajna kecil).
Yajnabesar, misalnya, penobatan raja, menghormati pemetikan buah pertama,
dan upacara menyongsong datangnya musim. Adapun yajna kecil, misalnya, sembahyang
di rumah sehari-hari, kelahiran anak, dan cukur rambut.
Agama Hindu mengenal adanya upacara pengorbanan, yaitu kurban Soma dan kurban
Asra Medha. Kurban Soma adalah upacara kebaktian yang terpandang suci di antara
seluruh kebaktian di dalam Weda. Soma adalah sejenis cairan minuman yang memberi sifat
kedewaan. Kurban Asra Medha adalah kurban kuda.
Upacara-upacara kebaktian Hindu
dilakukan oleh pejabat-pejabat agama, yaitu:
- a. Brahmana(pendeta) yang menjabat sebagai kepala upacara,
- b. Hotriyang melagukan nyanyian keagamaan,
- c. Udgatriyang menabuh bunyi-bunyian dengan nada tertentu, dan
- d. Adhyaryayang menyiapkan tempat pemujaan dan tempat kurban serta persiapan lainnya sambil membacakan mantra.
Agama Hindu mengajarkan beberapa hal, yaitu:
- a. hidup di dunia adalah samsara akibat perbuatan yang kurang baik;
- b. adanya karma, yaitu hasil perbuatan yang kurang baik;
- c. akibat karma, manusia akan mengalami reinkarnasi, yakni dilahirkan kembali dalam wujud yang lebih rendah;
B. Perkembangan dan Budaya Budha
Ketika agama Hindu mengalami kemunduran, muncullah agama Buddha di India yang disiarkan oleh Siddharta Gautama. Ajaran Buddha ditulis dalam kitab suci Tripitakayang berarti tiga keranjang atau tiga himpunan nikmat.
Isi kitab suci Tripitaka sebagai berikut:
- a. Suttapitaka, berisikan himpunan ajaran dan khotbah Buddha. Bagian terbesar adalah percakapan antara Buddha dan beberapa orang muridnya. Di dalamnya terdapat pula kitab meditasi dan peribadatan.
- b. Winayapitaka, berisikan tata hidup setiap anggota biara (sangha).
- c. Abhidharmapitaka, ditujukan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha sebab merupakan pelajaran lanjutan.
Ada empat tempat yang dianggap suci dalam agama Buddha:
- a. Taman Lumbini di Kapilawastu, tempat lahirnya Siddharta (563 SM).
- b. Bodhgaya, tempat Siddharta menerima wahyu Buddha.
- c. Kusinagara, tempat wafatnya Siddharta pada tahun 482 SM.
- d. Benares, tempat Siddharta pertama kali berkhotbah.
Ajaran Buddha seperti yang dikhotbahkan Siddharta di Taman Menjangan, Benares,
berisikan hal-hal berikut:
a. Aryastyani,
yakni empat kebenaran utama dan delapan jalan tengah (Astavida).
Empat kebenaran utama, yaitu:
- 1) hidup adalah derita (duka) atau samsara,
- 2) samsara disebabkan oleh hasrat keinginan (tresna) atau tanha,
- 3) tresna harus dihilangkan, dan
- 4) cara menghilangkan tresnaadalah dengan delapan jalan tengah.
Delapan jalan tengah, yaitu:
- 1) pengertian yang benar,
- 2) maksud yang benar,
- 3) bicara yang benar,
- 4) laku yang benar
- 5) kerja yang benar,
- 6) ikhtiar yang benar,
- 7) ingatan yang benar, dan
- 8) renungan yang benar.
b Pratityasamudpada,
artinya rantai sebab akibat yang terdiri atas dua belas rantai dan masing-masing merupakan sebab dari hal berikutnya. Pada bangunan peribadatan Buddha akan kita temui stupa, yaitu bangunan berbentuk kubah yang berdiri di atas sebuah lapik dan diberi payung.
Fungsi bangunan ini adalah sebagai lambang suci agama Buddha, tanda peringatan terjadinya suatu peristiwa dalam hidup Buddha, tempat penyimpanan tulang jenazah Buddha, dan tempat menyimpan benda suci. Agama Buddha berkembang pesat di India pada masa Wangsa Maurya di bawah Raja Ashoka. Raja ini pada awalnya memusuhi agama Buddha. Ia menciptakan "neraka Ashoka", yaitu hukuman rebus bagi penganut Buddha. Namun, pada suatu ketika orang yang diperintahkannya untuk direbus tidak mati.
Raja Ashoka sadar dari kekeliruannya dan masuk agama Buddha. Bahkan, ia menjadi raja yang saleh dan menetapkan agama Buddha sebagai agama negara. Ia pun mengajarkan Ahimsa, yaitu larangan membunuh dan melukai makhluk. Berkat raja ini, agama Buddha dapat disiarkan ke seluruh dunia.
C. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama serta kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke Indonesia melalui kontak perdagangan.
Pada awalnya, orang-orang India bersikap aktif dalam perdagangan tersebut. Hal ini menurut
Claudius Ptolomeus (Yunani) didorong oleh kekayaan Indonesia akan emas, perak, cengkih,
dan lada yang menarik para pedagang mancanegara. Hubungan perdagangan ini telah
berlangsung sejak sekitar abad ke-5 M.
Khusus mengenai penyebaran hinduisme sebagai agama dijelaskan melalui banyak teori:
1. Teori Brahma
Teori ini dikemukakan oleh Van Leuryang berpendapat bahwa agama Hindu masuk
ke Indonesia dibawa oleh pendeta. Teori ini memiliki kelemahan, yaitu di India ada
peraturan bahwa brahmana tidak boleh keluar dari negerinya. Jadi, tidak mungkin mereka
dapat menyiarkan agama ke Indonesia.
2. Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh Majumdar, Moekrji, dan Nehru. Mereka berpendapat
bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh prajurit yang mengadakan ekspansi.
Oleh sebab itu, teori ini sering pula disebut teori kolonisasi. Kelemahan teori ini adalah tidak
ada bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Indonesia pernah ditaklukkan India.
3. Teori Waisya
Teori ini dikemukakan oleh Kromyang mengatakan bahwa agama Hindu masuk ke
Indonesia dibawa oleh para pedagang, mengingat bahwa sejak tahun 500 SM, Nusantara
telah menjadi jalur perdagangan antara India dan Cina. Dalam perjalanan perdagangan
inilah diperkirakan para pedagang India itu singgah di Indonesia dan menyebarkan agama
Hindu.
4. Teori Sudra
Teori ini dikemukakan oleh banyak orang. Intinya adalah bahwa agama Hindu dibawa
oleh kaum sudra yang datang di Nusantara untuk memperbaiki nasib.
5. Teori Nasional
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Boschyang mengatakan bahwa dalam proses
penyebaran agama Hindu ini, bangsa Indonesia berperan sangat aktif. Setelah dinobatkansebagai seorang Hindu, mereka kemudian giat menyebarkan agama Hindu dan segala aktivitasnya.
Pendapatnya ini didasarkan pada temuan adanya unsur-unsur budaya India dalam budaya Indonesia. Menurutnya, pada masa itu telah terbentuk golongan cendekiawan yang disebuT "Clerk". Proses akulturasi antara budaya Indonesia dan India disebutnya sebagai proses penyuburan.
Hal-hal yang dilakukan para brahmana di Indonesia dalam rangka penghinduan,
antara lain:
- a. Abhiseka, yaitu upacara penobatan raja,
- b. Vratyastoma, yaitu upacara pencucian diri (pemberian kasta),
- c. Kulapanjika, yaitu memberikan silsilah raja, dan
- d. Castra, yaitu cara membuat mantra.
6. Teori Arus Balik
Menurut teori ini, bangsa Indonesia tidak hanya menerima pengetahuan agama dari
orang-orang asing yang datang. Mereka juga aktif mencari ilmu agama di negeri orang dan menyebarkannya setelah kembali ke kampung halamannya.
Adapun teori mengenai perkembangan kebudayaan Hindu-Buddha India di Asia, khususnya
di Nusantara, sebagai berikut:
- 1. Kerajaan Kalingga di India pada abad ke-3 ditaklukkan Raja Ashoka dari Arya sehingga banyak warganya yang bermigrasi ke Indonesia.
- 2. Invasi (penguasaan) suku Khusana ke Indonesia menyebabkan banyak warganya yang bermigrasi ke Indonesia.
- 3. Coedes berpendapat bahwa kontak hinduisme ke Nusantara terjadi karena adanya larangan mencari emas ke Siberia oleh Kaisar Vespasianus. Oleh karena itu, para pedagang India mencari emas ke Swarnadwipa (Sumatra).
Bukti adanya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia sebagai berikut:
- 1. Adanya arca Buddha bergaya amarawati(gaya India Selatan) di Sempaga, Sulawesi Selatan, dan di Jember. Arca di Sempaga merupakan yang tertua. Selain itu, ditemukan pula arca bergaya gandhara(India Utara) di Bukit Siguntang (Sumatra Selatan) dan KotaBangun, Kutai.
- 2. Adanya prasasti berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta di Kutai dan Tarumanegara.
- 3. Adanya penganut agama Hindu dan Buddha di Indonesia.
- 4. Berkembangnya seni patung di Indonesia.
- 5. Penggunaan istilah warmansebagai nama raja seperti di India.
- 6. Munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha.
- 7. Penggunaan bahasa Sanskerta dan tulisan Pallawa dalam kehidupan masyarakat.
- 8. Adanya sistem kemaharajaan.
- 9. Adanya kitab-kitab sastra yang bercorak Hindu.
D. Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha terhadap seni bangunan
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat kita lihat dengan jelas pada candi-candi. Ada perbedaan fungsi antara candi dalam agama Hindu dan candi dalam agama Buddha.
Dalam agama Hindu, candi difungsikan sebagai makam. Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan. Meski difungsikan sebagai makam, namun tidak berarti bahwa mayat atau abu jenazah dikuburkan dalam candi. Benda yang dikuburkan atau dicandikan adalah macam-macam benda yang disebut pripih. Pripih ini dianggap sebagai lambang zat jasmaniah yang rohnya sudah bersatu dengan dewa penitisnya. Pripih ini diletakkan dalam peti batu di dasar bangunan, kemudian di atasnya dibuatkan patung dewa sebagai perwujudan sang raja. Arca perwujudan raja itu umumnya adalah Syiwa atau lambang Syiwa, yaitu lingga.
Pada candi Buddha, tidak terdapat pripih dan arca perwujudan raja. Abu jenazah raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Bangunan candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap:
- a. Kaki candi berbentuk persegi (bujur sangkar). Di tengah-tengah kaki candi inilah ditanam pripih.
- b. Tubuh candi terdiri atas sebuah bilik yang berisi arca perwujudan. Dinding luar sisi bilik diberi relung (ceruk) yang berisi arca. Dinding relung sisi selatan berisi arca Guru, relung utara berisi arca Durga, dan relung belakang berisi arca Ganesha. Relung-relung untuk candi yang besar biasanya diubah.
- c. Atap candi terdiri atas tiga tingkat.
Bagian atasnya lebih kecil dan pada puncaknya terdapat lingga atau stupa. Bagian dalam atap (puncak bilik) ada sebuah rongga kecil yang dasarnya berupa batu segi empat dengan gambar teratai merah, melambangkan takhta dewa.
Pada upacara pemujaan, jasad dari pripih dinaikkan rohnya dari rongga atau diturunkan ke dalam arca perwujudan.
E. Pengaruh Kebudayaan Hindu Buddha terhadap sistem kepercayaan
Pada saat budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut kepercayaan asli, yaitu animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses akulturasi, agama Hindu dan Buddha lalu diterima penduduk asli. Dibandingkan agama Hindu, agama Buddha lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga dapat berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah.
Sebabnya adalah agama Buddha tidak mengenal kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan menganggap semua manusia itu samaderajatnya di hadapan Tuhan (tidak diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap manusia dapat mencapai nirwana asalkan baik budi pekertinya dan berjasa terhadap masyarakat.
F. Sistem kebudayaan Hindu-Buddha terhadap Seni Bangunan
Kekayaan bumi Nusantara telah dikenal luas sejak dahulu. Kemenyan, kayu cendana, dan kapur barus dari Indonesia telah dikenal di Cina menyaingi bahan wangi-wangian lainnya dari Asia Barat. Begitu pula berbagai jenis rempah-rempah, seperti lada dan cengkih, serta hasil-hasil kerajinan dan berbagai jenis binatang khas yang unik. Awalnya, pedagangpedagang dari India yang singgah di Indonesia membawa barang-barang tersebut ke Cina.
Seiring dengan perkembangan perdagangan internasional hubungan dagang antara Indonesia – India – Cina pun berkembang . Wolters berpendapat bahwa perkembangan ini akibat dari sikap terbuka dan bersahabat dengan orang asing serta penghargaan terhadap barang dagangan yang dibawa orang asing. Sikap ini pula yang memungkinkan agama Hindu-Buddha dapat berkembang di Indonesia.
Dalam berbagai prasasti yang ditemukan, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Masehi, bangsa Indonesia telah mampu turut serta dalam perdagangan maritim internasional Asia. Perkembangan ini dipicu pula oleh perkembangan teknologi transportasi pelayaran. I-Tsing, musafir dan pendeta Buddha dari Cina yang mampir ke Indonesia pada abad ke-7 dalam perjalanannya ke India dengan menumpang kapal milik Sriwijaya, mengatakan bahwa pada awalnya bangsa Indonesia memang telah akrab dengan dunia pelayaran, meski baru terbatas pada pulau-pulau yang berdekatan. Alat transportasi yang digunakan adalah kapal cadik berukuran kecil.
Bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit, mulailah dikenal teknologi pembuatan kapalkapal yang lebih besar dan pelayaran yang dilakukan dapat menjangkau jarak yang lebih jauh. Bangsa Indonesia jadi dapat berperan lebih aktif dalam perdagangan internasional dengan berlayar sendiri ke negara-negara yang biasanya berdagang dengan Indonesia. Hal ini tergambar dalam relief candi Borobudur. Tiga jenis kapal yang digambarkan dalam