google-site-verification=uGaFaI4tLDPz87uYx2QkslvG_6TMmWXUvNr4czQTFKo Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Sekutu dan Belanda - Sejarah - Kelas XI SMA - SEJARAH SMA DAN SMK

Kami siap menghantarkan adik-adik camaba masuk Perguruan Tinggi Negeri dan Sekolah Kedinasan pilihan mu.

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Sekutu dan Belanda - Sejarah - Kelas XI SMA

 Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Sekutu dan Belanda



A. Perubahan dan Perkembangan Politik Masa Awal Kemerdekaan

Tentara sekutu yang baru menangkan PD II datang ke Indonesia beserta NICA yang bertujuan memulihkan kedaulatan belanda di Indonesia. rakyat Indonesia segera merespon tindakan sekutu dan NICA yang melecehkan kedaulatan RI dengan slogan "Merdeka atau mati'. Rakyat Indonesia berupaya mempertahankan kemerdekaan Ri dengan berbagai upaya militer dan diplomasi. 

Upaya milikter dilakukan oleh bekas tentara PETA, laskar-laskar rakyat dan para ulama. KH hasyim Asy'ari seorang ulama Nu yang kharismatik saat itu menyatakan Resolusi jihad untuk melawan Sekutu, NICA, dan sisa-sisa Jepang. Seruan ulama dan pemimpin militer muda seperti Bung Tomo telah mengobarkan pertempuran Surabaya yang memaksa Inggris harus bersusah payah merebut Surabaya. 

Sementara itu kalangan elite sipil intelektual berjuang di front diplomasi. Sutan Sjahrir, Amir Sjarifudin, dan sebagainya telah berjasa memimpin delegasi RI dalam perundingan Linggarjati dan Renville. Namun, perundingan-perundingan tersebut dimanfaatkan Belanda untuk melakukan konsolidasi militer untuk melakukan agresi ke wilayah republik. 

Tercatat dalam sejarah, perundingan Linggarjati dilanggar Belanda oleh Agresi militer I Perundingan Renville juga dilanggar oleh Agresi militer II Ibukota Yogyakarta harus jatuh disebut Belanda pada Agresi militer II. panglima besar Sudirman memilih jalan gerilya untuk meneruskan perjuangan militer, sementara elit-elit sipil seperti Soekarno, dan Hatta memilih ditawan oleh Belanda untuk memancing respon dunia Internasional.  

Siasat gerilya jelas tidak cukup untuk mengusir Belanda dari Indonesia. Sri Sultan Hamengkubuwono IX, seorang raja jawa yang menolak berkrompomi dengan Belanda mengusulkan sebuah serangan terbuka di siang hari untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa RI masih eksis. TNI dan laskar-laskar rakyat kemudian melancarkan Serangan Umum 1 Maret 1949 yang berhasil menduduki YOgayakarta selama 6 jam. 

Sementara itu, Amerika Serikat yang tengah dihantui oleh bahaya munculnya komunisme melihat bahwa RI bersikap antikomunis dengan berhasil menumpas pemberontakan PKI Madiun tahun 1948. AS segera mendesak Belanda untuk kembali berunding dengan RI dan bahkan mengancam akan menghentikan Marshall Plan bila Belanda tidak mau kembali ke meja perundingan. 

Gencatan senjata (cease fire) yang di awasi oleh UNCI. diwakili M.Roem dan Belanda Roijen berhasil menyepakati Bundar (KMB). akhirnya disepakati RI dan Belanda perundingan bergulir kembali. RI diwakili Van Roijen. Roem dan pelaksanaan Konferensi meja. 

Pada tanggal 29 September 1945, tiba pasukan Inggris (SEAC) di Jakarta dibawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison. pasukan ini bernaung dibawah bendera AFNELL (Allied Forces Netherlands East Indies / Pasukan sekutu Hindia - Belanda). 

Mereka mengemban tugas sebagai berikut: 
  • 1. Menerima penyerahan Jepang 
  • 2. Membebaskan tawanan perang Jepang yang berasal dari Eropa 
  • 3. Melucuti tentara Jepang dan mengion) mengumpulkan mereka untuk dipulangkan 
  • 4. Menjaga keamanan 
  • 5. Mencari informasi tentang para penjahat perang Jepang untuk selanjutnya diserahkan pengadilan sekutu. 

Awalnya mereka diterima baik. kecurigaan muncul ketika Inggris membawa serta NICA (Netherlandsche Indies Civi/Administration). NICA adalah otoritas resmi semi militer dibawah sekutu yang bertugas mengendalikan pemerintahan sipil di Hindia-Belanda. Dengan kata lain NICA dipersiapkan untuk mengambil alih Indonesia dari tangan Jepang. 

B. Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Upaya Mempertahankan Diri dari Ancaman Sekutu dan Belanda

Dalam mempertahankan kemerdekaannya, Indonesia menempuhnya dengan 2 hal, yaitu: 
  • 1. Perjuangan Diplomasi 
  • 2. Perjuangan Bersenjata 

Perjuangan Diplomasi 

1. Perundingan Linggarjati 

Perundingan ini dilangsungkan di Linggarjati, Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 10 November 1946. Delegasi Indonesia terdiri dari Sutan Sjahhir, Mohammad Roem, Mr. Susanto Tcoprojo dan Dr.A.K.Gani. Sedangkan delegasi Belanda diwakili oleh Willen Schermorhorn, F.de.Boer, H.J.Van Mook dan Max van Poll

Bertindak sebagai mediator atau penengah adalah Killearn dari Inggris Pada saat itu Sutan Sjahir yang berasal dari Partai Sosialis Indonesia (PSI) menjabat sebagai perdana Menteri Indonesia, yang lazim disebut Kabinet Sjahir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947). 

Poin-poin dari perjanjian Linggarjati adalah sebagai berikut: 
  • 1. Belanda mengakui secara de Facto Republik Indonesia dengan wilayah Sumatra, Jawa dan madura. Belanda harus meninggalkan daerah de Facto ini paling lambat 1 Januari 1949. 
  • 2. RI dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda yang diketuai oelh Ratu Belanda. Perjanjian Linggarjati ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 

2. Perjanjian Renville 

Perjanjian Renville dimulai pada tanggal 8 Desember 1947. Di dalam perjanjian tersebut Indonesia diwakili oleh Amir Sjarifuddin, Ali Sastromijoyo, H.aji Agus Salim, Dr. J.Leimena, Dr.Coa Tiek Len dan Nasrun. Sedangkan Belanda diwakili oleh R Abdul kadir Widjojoatmodjo, Mr. H.A.Ivan Vredenburg, Dr.P.J.Koets dan Mr.Dr.Christian Robert Steven Soumohil

Turut serta pula anggota komisi Tiga Negara (KTN). Dr.Frank B.Graham, Paul van Zeeland, Richard Kirby

Poin-poin dari Perjanjian Renville adalah sebagai berikut : 
  • 1. Pihak Indonesia menyetujui dibentuknya negara Indonesia serikat pada masa peralihan sampai pengakuan kedaulatan 
  • 2. Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang di dudukinya dengan melalui jalan jajak pendapat 
  • 3. Pemerintah Indonesia bersedia menarik pasukannya serta menggosongkan daerah-daerah di belakang garis Van Mook. 

Perjanjian Renville mendapat banyak kecaman baik dari rakyat Indonesia, Politikus, maupun TNI. Pasalnya dengan perjanjian ini, wilayah Indonesia semakin menyempit. 

3. Perjanjian Roem Royen 

Perjanjian Roem-Royen dilaksanakan pada tanggal 17 April 1949. Indonesia diwakili oleh Mr. Mohammad Roem dan pihak Belanda diwakili oleh Dr. Frederick van Royen. Perundingan dilangsungkan di Hotel Des Indies, Jakarta

Setelah melewati negosiasi yang panjang, akhirnya dapat kesepakatan pada tanggal 7 Mei 1949, dengan point-point sebagai berikut: 
  • 1. Memerintahkan seluruh pengikut Republik yang bersenjata untuk menghentikan perang grilya. 
  • 2. Berkerjasama dalam menjaga ketertiban, keamanan, dan menjaga perdamaian 
  • 3. Turut serta dalam konferensi Meja Bundar di Den Haag, dengan tujuan mempercepat "penyerahan" kedaulatan kepada Negara Indonesia serikat dengan tanpa syarat setelah para pemimpin pemerintahan kembali ke Yogyakarta. 

4. Konferensi Inter Indonesia 

Konferensi Inter Indonesia merupakan pendekatan Indonesia kepada negara-negara Federal atau Bijeen Komst Federal Ovendeg (BFO). Konferensi Inter Indo nesia berlangsung dalam 2 tahap. 
  • Tahap pertama berlangsung pada 19-22 Juli 1949 di kaliurang, Yogayakarta. Pelaksanaanya dipimpin oleh Mohammad Hatta. 
  • Tahap kedua berlangsung pada 31 Juli - 3 Agustus 1949 diadakan di jakarta dibawah pimpinan Sultan Hamid selakku ketua BFO. 
Pembicaraan dalam konferensi Inter Indonesia membahas seluruh masalah pembentukan RIS. Diantaranya menyangkut masalah tata susunan dan hak pemerintah RIS serta bentuk kerja sama antara RIS dan Belanda dalam perseikatan Uni itu. 

5. Konferensi Meja Bundar (KMB) 

KMB diselenggarakan di Redder zzal, Den haag, belanda pada tanggal 23 Agustus - 2 November 1949. Dalam perundingan ini Indonesia diwakilkan oleh Mohammad Hatta (ketua). dan Belanda diwakilkan oleh S.V. maarseven, serta hadir pula delegasi BFO yang diwakilkan oleh Sultan Hamid

Turut serta pula perwakilan UNCI, Chritchley

Setelah perundingan yang berlarut-larut pada tanggal 2 November 1949 tercapailah persetujuan KMB dengan hasil-hasil sebagai berikut:
  • 1. Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan Desember 1949 
  • 2. Dirumuskan pula beberapa persetujuan pokok yang terkait dengan maslah keuangan ekonomi, sosial budaya, dll 
  • 3. Mengenai Irian Barat, penyerahannya akan ditunda selama satu tahun 
  • 4. Pembentukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) dengan KNU teritegrasi didalamnya 
  • 5. Pembentukan Uni Indonesia - Belanda 
  • 6. Indonesia akan membayar hutang-hutang Belanda sejak tahun 1942

Subscribe to receive free email updates: